Kamis, 10 Mei 2012

Underachiever pada Anak ?

Gejala underachiever (anak yang berprestasi di bawah kapasitasnya) muncul terutama ketika anak mulai mendekati usia 6 tahun, ketika ia mulai bersaing dengan saudara atau teman-temannya.
Mengingat gangguan underachiever ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, sebaiknya kita sesegera mungkin mengatasinya. Mencegah itu lebih baik daripada mengobati.GambarKarena itu, kenalilah putera-puteri kita sebaik mungkin dan bergaullah sedekat mungkin. Bukan tak mungkin, karena didera kesibukan, tahu-tahu kita telah mendapatkan mereka sudah beranjak dewasa dan kita menyesal karena kehilangan masa-masa emas bersama mereka.
PENYEBAB
Menurut Sylvia Rimm dalam bukunya Why Bright Kids Get Poor Grades and What Can You Do About it, ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya underachiever pada anak, yaitu:
1. Perilaku orangtua yang tidak disukai anak.
Orangtua menuntut terlalu tinggi atau perfectionist.
Anak bisa kurang motivasi untuk menyelesaikan tugasnya sebagai cara untuk membalas dendam pada orangtuanya, yang dirasakan terlalu otoriter, kaku, bersikap tidak adil dan sok kuasa. Kalu orangtua terlalu menuntut kesempurnaan, anak bisa menyerah sebelum mencoba mengerjakan tugas-tugasnya atau berpura-pura mengerjakannya. Waspadai sikap anda, karena sikap perfeksionis tidak selalu dalam bentuk ucapan. Anak yang peka bisa menangkap isyarat, misalnya dari ekspresi wajah orangtua yang kecewa atau kurang puas ketika ia gagal menjadi juara kelas.
2. Orangtua menuntut terlalu meremehkan
Anak belajar dari sikap orangtua yang meremehkan atau meragukan kemampuannya, sehingga ia pun meragukan kemampuannya sendiri untuk berprestasi dan untuk bersikap mandiri.
3. Orangtua kurang perhatian
Orangtua yang hanya peduli pada prestasi atau hasil tetapi tidak peduli pada proses atau usaha pencapaian prestasi tersebut.
4. Orangtua bersikap terlalu permisif
Sebagian orangtua memilih bersikap permisif (serba membolehkan) karena mengira dengan demikian anak akan tumbuh mandiri. Kenyataannya, anak yang sehari-hari tidak mengenal disiplin di rumah dan disiplin dalam belajar akan cenderung merasa tidak aman dan kurang motivasi untuk mencapai prestasi. Anak tidak belajar mrndisiplinkan diri sendiri untuk memenuhi harapan orang lain, atau untuk mencapai target. Ia juga tidak belajar bagaimana bekerja keras dan bertahan dalam situasi yang menekan.
5. Konflik keluarga yang serius
Suasana rumah yang terus menerus kalut akan membuat anak merasa tidak aman. Karena orangtua bagi anak hanya merupakan sumber ketegangan dalam dirinya, anak juga kehilangan motivasi untuk menyenangkan hati orangtuanya.
6. Orang tua yang tidak menerima anak atau sering mengkritik
Anak yang sering mendapat kritik atau cela lama kelamaan merasa bahwa kehadirannya tidak diharapkan oleh orangtuanya.
7. Orangtua terlalu melindungi (overprotective)
Anak yang terlalu dilindungi tidak sempat belajar bagaimana memotivasi diri sendiri bila bekerja di bawah situasi yang menekan. Mereka tidak tumbuh matang dan tidak punya motivasi belajar.
8. Anak merasa rendah diri
Perasaan tidak berharga akan menurunkan motivasi anak. Ia hanya berani menginginkan target di bawah potensi sesungguhnya yang ia miliki. Ia juga takut ketahuan bahwa ia tidak mampu atau tak berguna.  Mungkin saja ia tampil sebagai anak manis yang patuh dan cenderung pasif.
PENCEGAHAN
Untuk mencegah anak menjadi underachiever, beberapa upaya bisa dilakukan, yaitu:
Terima anak apa adanya dan beri suport
Sejak dini, anak perlu sering-sering ditanggapi keluhannya, misalnya ketika ia meragukan kemampuannya, anda bisa mengatakan: “Insya Allah kamu bisa”. Tekankan bahwa yang paling penting adalah berusaha semaksimal mungkin, gagal itu merupakan hal yang bukan tidak diperbolehkan tetapi pantang untuk berputus asa.
Anda juga perlu bersikap konsisten
Jangan menuntut anak di luar kemampuannya. Apapun prestasi anak, orangtua harus percaya kepada anak (bahwa ia mampu dan telah berusaha maksimal), menghargainya (bahwa ia telah berusaha, terlepas ia berhasil atau gagal, kehadiran anak tetap merupakan karunia bagi orangtua), dan mendengarkan apa yang disuarakan anak. Jangan sekali-kali berkata kasar atau melecehkan.
Target yang realistik
Tetapkanlah target yang menurut perkiraan anda sesuai dengan anak. Jangan terlalu berlebihan berharap anak akan cepat mengatasi masalahnya. Semua itu harus melalui suatu proses.
Kuasai seni menuntut
Perhatikan kesiapan anak untuk mengerjakan tugas baru, sehingga dimungkinkan mereka dapat berprestasi optimal. Tugas yang terlalu mudah tidak akan menantang anak untuk menunjukkan kemampuannya. Sebaliknya kegagalan yang terus menerus (karena target terlalu tinggi) akan membunuh motivasi anak untuk berprestasi. Menetapkan target yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah merupakan seni tersendiri.
Belajar menunda kepuasan jangka pendek
Setelah anak berusia 5 tahun, ia mulai bisa mengenal target jangka panjang dan jangka pendek; serta mengenal kepuasan jangka panjang dan jangka pendek. Ajari dan dorong anak untuk menunda kepuasa-kepuasan jangka pendeknya demi mendapatkan kepuasan jangka panjang atau kepuasan yang lebih besar.
Ajari dan beri contoh untuk belajar aktif memecahkan masalah
Ajari anak bahwa rasa ingin tahu itu menggairahkan, mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya itu mengasyikkan, sehingga belajar itu kegiatan yang menyenangkan. Lontarkan saja pertenyaan pada diri sendiri, dan biarkan anak ikut mendengarkan dan terangsang rasa ingin tahunya, mengapa dan bagaimana cara kerja sesuatu (yoyo yang sedang dimainkan anak, juicer di dapur, hujan turun dari langit dsb).
Beri ‘imbalan’ bila anak menunjukkan prestasi besar
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa prestasi akademik dan kepribadian yang positif (misalnya konsep diri yang positif, merasa berfungsi secara efektif) terkait erat dengan kondisi rumah. Anak yang selalu dihargai karena prestasinya umumnya akan lebih termotivasi untuk berprestasi. Anak underachever biasanya kurang memiliki tanggungjawab atas dirinya sendiri, termasuk prestasinya. Sistem imbalan akan membantu membangkitkan rasa tanggung jawab ini. Tugas orangtua adalah menemukan imbalan apa yang efektif bagi anak. Ada yang senang dengan pujian tetapi ada yang pada awalnya memerlukan imbalan yang lebih konkret, misalnya tambahan pensil baru, meja belajar baru atau sekedar ciuman di pipi.
Apabila anak sudah terlanjur underachiever, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu:
Pertama, gunakan sistem imbalan yang efektif. Efektifitas ini tergantung akurasi informasi prestasi anak di kelas. Karena itu orangtua harus sesering mungkin berkonsultasi dengan guru,
Kedua, ajari anak strategi untuk membangkitkan motivasi. Selain imbalan yang diterimanya, ajari anak untuk mencari imbalan kepada dirinya sendiri. Misalnya setelah mengerjakan PR ia boleh main komputer atau naik sepeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar