Rabu, 23 Mei 2012

LOMBA MEWARNAI IBU & ANAK CREATIVE SOLUTIONS JOGJAKARTA


LOMBA MEWARNAI IBU & ANAK
CREATIVE SOLUTIONS
JOGJAKARTA

  1. Dukuh Sorowajan, Banguntapan, Yogyakarta
Lomba lomba mewarnai ibu & anak diadakan pada Tanggal 12,13, & 19 Mei 2012 
dan Grandfinal pada tanggal 20 Mei 2012.
Tempat penyelenggaraan di Balai Dukuh Sorowajan, Banguntapan.
yang di ikuti oleh 20 RT Pedukuh Sorowajan, dengan peserta lomba 151 peserta (PAUD-TK 68 Peserta dan SD 83 Peserta).
Lomba mewarnai Ibu dan Anak dibagi dalam 2 kategori :
Kategori I   : PAUD - TK
Merebutkan  :  Juara I    : Piala + Sertifikat + uang Pembinaan
Juara II  : Piala + Sertifikat + uang Pembinaan
Juara III : Piala + Sertifikat + uang Pembinaan

Kategori II : SD
Merebutkan :   Juara I     : Piala + Sertifikat + uang Pembinaan
Juara II   : Piala + Sertifikat + uang Pembinaan
Juara III  : Piala + Sertifikat + uang Pembinaan
Juara Favorite : Piala + Sertifikat 
 
Terpilih 39 Peserta untuk mengikuti Grandfinal pada tanggal 20 Mei 2012.
ini adalah nama para peserta yang berhasil lolos pada Grandfinal Lomba Mewarnai Ibu dan Anak :

    1. Anindita : PAUD
    2. Adit Jati Saputra : PAUD
    3. Yudha : TK
    4. Faricha : TK
    5. Dhimas Faturruhman : TK
    6. Fauzi Bayu : TK
    7. Seera : TK
    8. Nafa : TK
    9. Anggun : TK
    10. Maria Angel : TK
    11. Nabila Putri : TK
    12. Fauzan Teger : TK
    13. Nayla Rusna : TK
    14. I Putu Agung : TK
    15. Edgar : TK
    16. Galang Nur Cahyo : TK
    17. Alexander : TK
    18. Hayu Nindya : TK
    19. Dhimas Dwi Arya : SD
    20. Risma Pratiwi : SD
    21. Wahyu Agung : SD
    22. Elisabeth Natalia : SD
    23. Fransisca Panca : SD
    24. Amanda Victoria : SD
    25. Wahyu Nur Setiawan : SD
    26. Rendy Utama Wicaksono : SD
    27. Gema Agus Pratiwi : SD
    28. Alfarizan Nurzain : SD
    29. Triana Tanjungsari : SD
    30. Veronica Ages : SD
    31. Novan Argianto : SD
    32. Bramasta Elmana Sadewa : SD
    33. Septi Putri : SD
    34. Ayu Novita : SD
    35. Zahra : SD
    36. Aiz : SD
    37. Daffa : SD
    38. Muhamad Rifki : SD
    39. Fadil : SD

dari 39 peserta terbaik yang mengikuti Grand Final Lomba Mewarnai Ibu & Anak.
dipilih lagi 3 Juara yakni Juara 1, Juara 2, Juara 3 Kategori PAUD - TK dan 3 Juara Yakni Juara 1, Juara 2, Juara 3 Kategori SD, Serta 1 Juara Favorite.
Inilah adalah Peserta terbaik yang menjadi Juara pada Lomba Mewarnai Ibu dan Anak di Dukuh Sorowajan 20 Mei 2012.

Kategori I : PAUD - TK

Juara I : ANINDITA



Juara II : ICHA





Juara III : I PUTU AGUNGCRISTIAN DAVID





Kategori II : SD

             Juara I               : ATTISA GALUH RAPSANJANI





              Juara II              : MARVELIA MARYANA






             Juara III             : FRANSISCA PRANCA BETTY






Juara Favorite  : VERONICA AGESTIANDANU


Selamat bagi para Juara Lomba Mewarnai Ibu dan Anak Dukuh Sorowajan, Banguntapan.
Bagi yang belum mendapatkan juara jangan berkecil hati, kesempatan masih terbuka lebar dan jangan menyerah pada kekalahan sesaat. 
Bangkit dan buktikan bahwa dirimu BISA !!!


Minggu, 13 Mei 2012

Cara Mengenali dan Mengasah Bakat Anak


Siswa diberi kebebasan untuk mengeksplorasi potensi mereka. Anak-anak cerdas istimewa ini mendapat perhatian khusus untuk mengembangkan potensi cerdas yang utuh, akademik, maupun kepribadiannya.
TERKAIT:
Bakat tidak sama dengan kecerdasan. Bakat lebih mengacu pada motorik maupun keterampilan yang ditampilkan anak. Dengan kata lain, bakat bisa terlihat oleh orang lain.

Cara yang dilakukan adalah terus-menerus mengasah bakat melalui latihan. Bakat tidak akan berkembang bila tak ada penguat, sehingga kemudian hilang. Selain bakat, mereka juga mempunyai minat terhadap bidang yang digeluti. Adanya minat juga akan menguatkan bakat tersebut.

Sedikit Bantuan
Bagaimana bisa mengetahui kalau anak kita berbakat? 
anak-anak yang berbakat umumnya lebih cepat menguasai bidang tertentu dibanding anak lain, tanpa mengeluarkan usaha keras.

Contohnya anak yang berbakat menyanyi, akan lebih mudah mengenali not, ketajaman nadanya juga bagus. Anak yang berbakat dalam bidang linguistik atau bahasa, bisa meniru atau menghafal bahasa asing lebih cepat.

Begitu anak yang mempunyai bakat menggambar atau melukis. Kualitas garis yang dimiliki anak tersebut akan terlihat lebih halus. Mereka mengerti warna, komposisi yang dibuat juga lebih bagus dan menarik.

Anak yang berbakat juga bisa mempelajari sesuatu dengan cara berbeda dibanding anak lain. “Anak berbakat hanya memerlukan sedikit bantuan dari orang dewasa. Mereka kerap memecahkan masalah dengan caranya sendiri,

Anak yang senang mengutak-atik mainan merupakan wujud dari minatnya terhadap benda tersebut. Baginya, mengutak-atik mainan merupakan eksplorasi dari keingintahuannya lebih lanjut.

Anak yang mempunyai bakat biasanya juga mampu memotivasi diri sendiri untuk mempelajari hal-hal yang sangat disukainya. Anak yang senang bermain piano atau berenang tak hanya berlatih saat gurunya datang. Mereka akan berlatih piano atau berenang tanpa disuruh.

“Idealnya, bakat yang dimiliki oleh anak sejalan dengan minatnya. Dengan begitu, potensi atau kemampuan yang dimiliki anak akan tergali secara optimal, sehingga anak mampu berprestasi
Bangkitkan Minat
Sayangnya tak semua bisa berjalan beriringan antara bakat dan minat. Ada anak berbakat yang ternyata tidak berminat dengan bakat yang dimilikinya. Bila ini terjadi, kata psikolog lulusan UI ini, diperlukan dukungan lebih banyak dari orangtua, agar bakat anak bisa terasah secara optimal.

Kalau tidak mendapat dukungan dari orangtua atau dibangkitkan minatnya, bakat yang dimiliki anak tidak akan berkembang. Bisa saja anak tersebut agak lambat untuk mengembangkan kemampuannya, terutama ketika menyadari bahwa ia mempunyai bakat dalam bidang tertentu.

Madonna contohnya. Di usia 40 tahun, saat sudah mempunyai dua anak, ia membuat buku anak. Bakat yang dimilikinya baru disadari saat dirinya menjadi seorang ibu.
Sebenarnya hal serupa juga bisa terjadi pada anak yang mempunyai minat dalam bidang tertentu, tetapi tidak berbakat. Contohnya anak ingin mengikuti Indonesia Idol, tetapi tidak mempunyai bakat menyanyi. Nah, pada anak tipe ini, dibutuhkan usaha yang lebih keras dibandingkan anak berbakat. Caranya tentu saja dengan mengikuti les vokal untuk mendapat suara yang baik.

Yang penting,  orangtua perlu memperkaya minat anak. Jangan sampai anak hanya terpaku dengan satu minat saja. Anak yang berminat pada sepakbola, misalnya, sebaiknya juga dikenalkan dengan kegiatan lain.

“Katakan pada anak bahwa olahraga tidak hanya sepakbola. Masih ada kegiatan lain, seperti seni, yang bisa dikenalkan,”
Cara mudahnya adalah dengan mengenalkan anak kepada teman-teman sebaya yang mempunyai beragam minat dan bakat.

Lakukan Tes Bakat
Ada beberapa cara untuk mengenali bakat anak, yaitu:
1.    Melihat tingkah laku anak. Kegiatan apa yang sering dilakukannya? Anak lebih berminat pada hal-hal apa?
2.    Mengikuti perkembangan anak dengan cermat.
3.    Memberikan berbagai macam stimulus atau rangsangan kepada anak, misalnya dengan memberikan les atau permainan yang variatif.
4.    Melakukan tes psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan kelemahan anak. Tes ini bisa dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau saat masuk sekolah. Pada usia tersebut sudah terlihat bakat serta minat anak.

Pahami Perkembangan Anak  
ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua saat memberikan les untuk anak.
1.    Tidak mengutamakan pencapaian target. Penting diingat bahwa les diberikan sebagai upaya pengenalan kegiatan kepada anak.
2.    Les sebaiknya diberikan oleh guru yang memahami perkembangan anak. Jangan sampai guru memberi hukuman saat anak tidak bisa mengikuti les. Clara mencontohkan, saat anaknya harus les piano, selalu menangis bila sudah sampai di tempat les. Setelah ditilik, rupanya guru les kerap mencubit atau memukul tangan anaknya bila tidak bisa mengikuti instruksi sang guru.
3.    Pastikan anak tetap memiliki waktu yang seimbang untuk bermain dan istirahat.
4.    Jangan memaksakan kehendak kepada anak. Yang harus diutamakan adalah minat anak.
5.    Tetap pantau perkembangan anak.
6.    Upayakan untuk mengembangkan semua aspek kemampuan anak.

Bakat Saja Tidak Cukup! 
Setidaknya diperlukan tiga hal lain yang akan mengasah potensi anak :

a.    Harus ada dukungan dari orangtua maupun lingkungan
Dukungan yang diberikan tak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dukungan moril. Memberikan pujian (tanpa berlebihan dan terlalu sering) saat anak menunjukkan kemampuan juga menjadi bentuk dukungan. Bentuk dukungan juga bisa diberikan dengan tidak membanding-bandingkan anak dengan saudara atau temannya, apalagi sampai mendapat label negatif.

b.    Tidak berhenti berusaha
Kalau anak tidak berminat, padahal mempunyai bakat di bidang seni atau olahraga, hendaknya orangtua tidak menyerah. Bisa saja anak merasa malas karena terlalu banyak les, hingga kelelahan. Ada baiknya tidak mengikutkan les terlalu banyak bagi anak. Orangtua hendaknya tidak memaksakan kehendak pada anak. Hukuman fisik seperti mencubit atau memukul saat anak tidak berlatih harus dihindari. Hukuman dapat membuat anak tidak tertarik pada kegiatan tersebut.

c.    Berikan fasilitas yang memadai
Fasilitas yang diberikan tidak harus selalu mahal. Sediakan fasilitas sesuai kemampuan orangtua.

Kamis, 10 Mei 2012

Underachiever pada Anak ?

Gejala underachiever (anak yang berprestasi di bawah kapasitasnya) muncul terutama ketika anak mulai mendekati usia 6 tahun, ketika ia mulai bersaing dengan saudara atau teman-temannya.
Mengingat gangguan underachiever ini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, sebaiknya kita sesegera mungkin mengatasinya. Mencegah itu lebih baik daripada mengobati.GambarKarena itu, kenalilah putera-puteri kita sebaik mungkin dan bergaullah sedekat mungkin. Bukan tak mungkin, karena didera kesibukan, tahu-tahu kita telah mendapatkan mereka sudah beranjak dewasa dan kita menyesal karena kehilangan masa-masa emas bersama mereka.
PENYEBAB
Menurut Sylvia Rimm dalam bukunya Why Bright Kids Get Poor Grades and What Can You Do About it, ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya underachiever pada anak, yaitu:
1. Perilaku orangtua yang tidak disukai anak.
Orangtua menuntut terlalu tinggi atau perfectionist.
Anak bisa kurang motivasi untuk menyelesaikan tugasnya sebagai cara untuk membalas dendam pada orangtuanya, yang dirasakan terlalu otoriter, kaku, bersikap tidak adil dan sok kuasa. Kalu orangtua terlalu menuntut kesempurnaan, anak bisa menyerah sebelum mencoba mengerjakan tugas-tugasnya atau berpura-pura mengerjakannya. Waspadai sikap anda, karena sikap perfeksionis tidak selalu dalam bentuk ucapan. Anak yang peka bisa menangkap isyarat, misalnya dari ekspresi wajah orangtua yang kecewa atau kurang puas ketika ia gagal menjadi juara kelas.
2. Orangtua menuntut terlalu meremehkan
Anak belajar dari sikap orangtua yang meremehkan atau meragukan kemampuannya, sehingga ia pun meragukan kemampuannya sendiri untuk berprestasi dan untuk bersikap mandiri.
3. Orangtua kurang perhatian
Orangtua yang hanya peduli pada prestasi atau hasil tetapi tidak peduli pada proses atau usaha pencapaian prestasi tersebut.
4. Orangtua bersikap terlalu permisif
Sebagian orangtua memilih bersikap permisif (serba membolehkan) karena mengira dengan demikian anak akan tumbuh mandiri. Kenyataannya, anak yang sehari-hari tidak mengenal disiplin di rumah dan disiplin dalam belajar akan cenderung merasa tidak aman dan kurang motivasi untuk mencapai prestasi. Anak tidak belajar mrndisiplinkan diri sendiri untuk memenuhi harapan orang lain, atau untuk mencapai target. Ia juga tidak belajar bagaimana bekerja keras dan bertahan dalam situasi yang menekan.
5. Konflik keluarga yang serius
Suasana rumah yang terus menerus kalut akan membuat anak merasa tidak aman. Karena orangtua bagi anak hanya merupakan sumber ketegangan dalam dirinya, anak juga kehilangan motivasi untuk menyenangkan hati orangtuanya.
6. Orang tua yang tidak menerima anak atau sering mengkritik
Anak yang sering mendapat kritik atau cela lama kelamaan merasa bahwa kehadirannya tidak diharapkan oleh orangtuanya.
7. Orangtua terlalu melindungi (overprotective)
Anak yang terlalu dilindungi tidak sempat belajar bagaimana memotivasi diri sendiri bila bekerja di bawah situasi yang menekan. Mereka tidak tumbuh matang dan tidak punya motivasi belajar.
8. Anak merasa rendah diri
Perasaan tidak berharga akan menurunkan motivasi anak. Ia hanya berani menginginkan target di bawah potensi sesungguhnya yang ia miliki. Ia juga takut ketahuan bahwa ia tidak mampu atau tak berguna.  Mungkin saja ia tampil sebagai anak manis yang patuh dan cenderung pasif.
PENCEGAHAN
Untuk mencegah anak menjadi underachiever, beberapa upaya bisa dilakukan, yaitu:
Terima anak apa adanya dan beri suport
Sejak dini, anak perlu sering-sering ditanggapi keluhannya, misalnya ketika ia meragukan kemampuannya, anda bisa mengatakan: “Insya Allah kamu bisa”. Tekankan bahwa yang paling penting adalah berusaha semaksimal mungkin, gagal itu merupakan hal yang bukan tidak diperbolehkan tetapi pantang untuk berputus asa.
Anda juga perlu bersikap konsisten
Jangan menuntut anak di luar kemampuannya. Apapun prestasi anak, orangtua harus percaya kepada anak (bahwa ia mampu dan telah berusaha maksimal), menghargainya (bahwa ia telah berusaha, terlepas ia berhasil atau gagal, kehadiran anak tetap merupakan karunia bagi orangtua), dan mendengarkan apa yang disuarakan anak. Jangan sekali-kali berkata kasar atau melecehkan.
Target yang realistik
Tetapkanlah target yang menurut perkiraan anda sesuai dengan anak. Jangan terlalu berlebihan berharap anak akan cepat mengatasi masalahnya. Semua itu harus melalui suatu proses.
Kuasai seni menuntut
Perhatikan kesiapan anak untuk mengerjakan tugas baru, sehingga dimungkinkan mereka dapat berprestasi optimal. Tugas yang terlalu mudah tidak akan menantang anak untuk menunjukkan kemampuannya. Sebaliknya kegagalan yang terus menerus (karena target terlalu tinggi) akan membunuh motivasi anak untuk berprestasi. Menetapkan target yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah merupakan seni tersendiri.
Belajar menunda kepuasan jangka pendek
Setelah anak berusia 5 tahun, ia mulai bisa mengenal target jangka panjang dan jangka pendek; serta mengenal kepuasan jangka panjang dan jangka pendek. Ajari dan dorong anak untuk menunda kepuasa-kepuasan jangka pendeknya demi mendapatkan kepuasan jangka panjang atau kepuasan yang lebih besar.
Ajari dan beri contoh untuk belajar aktif memecahkan masalah
Ajari anak bahwa rasa ingin tahu itu menggairahkan, mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya itu mengasyikkan, sehingga belajar itu kegiatan yang menyenangkan. Lontarkan saja pertenyaan pada diri sendiri, dan biarkan anak ikut mendengarkan dan terangsang rasa ingin tahunya, mengapa dan bagaimana cara kerja sesuatu (yoyo yang sedang dimainkan anak, juicer di dapur, hujan turun dari langit dsb).
Beri ‘imbalan’ bila anak menunjukkan prestasi besar
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa prestasi akademik dan kepribadian yang positif (misalnya konsep diri yang positif, merasa berfungsi secara efektif) terkait erat dengan kondisi rumah. Anak yang selalu dihargai karena prestasinya umumnya akan lebih termotivasi untuk berprestasi. Anak underachever biasanya kurang memiliki tanggungjawab atas dirinya sendiri, termasuk prestasinya. Sistem imbalan akan membantu membangkitkan rasa tanggung jawab ini. Tugas orangtua adalah menemukan imbalan apa yang efektif bagi anak. Ada yang senang dengan pujian tetapi ada yang pada awalnya memerlukan imbalan yang lebih konkret, misalnya tambahan pensil baru, meja belajar baru atau sekedar ciuman di pipi.
Apabila anak sudah terlanjur underachiever, ada dua hal yang perlu dilakukan, yaitu:
Pertama, gunakan sistem imbalan yang efektif. Efektifitas ini tergantung akurasi informasi prestasi anak di kelas. Karena itu orangtua harus sesering mungkin berkonsultasi dengan guru,
Kedua, ajari anak strategi untuk membangkitkan motivasi. Selain imbalan yang diterimanya, ajari anak untuk mencari imbalan kepada dirinya sendiri. Misalnya setelah mengerjakan PR ia boleh main komputer atau naik sepeda.